Kamis, 30 Oktober 2014

Kamis, 16 Oktober 2014

 'Falcao dan Van Persie Bisa Padu di Lini Depan United'
Radamel Falcao dan Robin van Persie akan mampu bekerja sama dan menjadi berbahaya di lini depan Manchester United. Demikian keyakinan Paddy Crerand.

Menurut mantan pemain Manchester United tersebut, kedua pemain bisa melengkapi dan menutupi kekurangan satu sama lain saat dipasangkan di lini serang Setan Merah.

"Mereka sudah tak bermain bersama untuk waktu lama. Jadi mungkin bila mereka bermain bersama sedikit lebih banyak, mereka akan lebih baik dan terus lebih baik. Keduanya akan memiliki pemahaman yang lebih baik lagi," ujarnya.

"Setelah mereka memainkan pertandingan bersama-sama, saya pikir akan tiba waktunya bagi keduanya. Falcao baru pulih dari cedera dan saya pikir dia pemain hebat dan akan mencetak banyak gol untuk kami. Dan bila mereka berdua bisa mendapatkan pemahaman di antara keduanya, entah berapa banyak gol yang akan mereka cetak," tandasnya.

Falcao sendiri telah mencetak satu gol untuk Manchester United saat menang 2-1 melawan Everton. Sementara Robin van Persie telah mencetak dua gol dari enam pertandingan Premier League.
 STREAK GOL TERPANJANG
Cristiano Ronaldo kemarin menjadi aktor kemenangan Portugal atas Denmark, dan namanya pun kembali diguyur rekor - melengkapi daftar panjang pencapaian winger Real Madrid itu.
Ronaldo mencetak gol tunggal Seleccao atas Tim Dinamit pada menit 95 yang memberi mereka kemenangan tipis 1-0 di matchday kedua kualifikasi Euro 2016 Grup I.
Statistik mencatat jika itu adalah golnya ke-22 di pentas Piala Eropa  - menyamai rekor top skorer sepanjang masa turnamen atas nama Hakan Sukur dan Jon Dahl Tomasson (termasuk kualifikasi hingga putaran final).
Gol tersebut tak hanya menjadikan Ronaldo sebagai legenda Portugal, namun juga menambah panjang rekor yang sudah ditorehkannya sejauh ini. Dan karena daftar itu bisa sangat panjang, maka berikut kami hadirkan beberapa yang sudah dikompilasi UEFA.com saja.
Kompilasi ini tentu tidak lengkap karena beberapa fakta rekor lain sudah kami sajikan di situs ini, namun ini harusnya sudah bisa menggambarkan kehebatan seorang Cristiano Ronaldo - sebelum ia mempertajamnya lagi tentu saja ..

http://dmc.kemhan.go.id/images/uploads/199660tank-panser-Anoa-di-tembaga-pura.2.jpg

Jayapura (MI) : Wilayah Indonesia Timur hingga kini terus memasuki tahap pengembangan ekonomi yang sangat baik. Namun demikian tahap pengembangan tersebut tidak akan berjalan efektif jika tidak didukung sektor Pertahanan. Terlebih lagi wilayah Indonesia Timur khususnya Timika terdapat tempat penambangan mineral terbesar sehingga perlu penanganan secara khusus dari Satuan TNI. Oleh karena itu sektor pertahanan harus mempunyai kebijakan pertahanan yang sesuai strategi pertahanan yakniDefence Supporting Economic. Setiap Satuan TNI tersebut memiliki peran dan tugas yang sangat penting baik dalam melaksanakan operasi-operasi yang diantaranya mendukung pengamanan Objek Vital Nasional.

Dalam rangka mendukung tugas pengamanan objek vital tersebut maka dibentuk Satuan Tugas yang terdiri Brigade Infantri 20/IJK, Pangkalan Udara Timika, Pangkalan Angkatan Laut  Timika, Satuan Radar  243 Timika, dan Detasemen Kavaleri -3/SC.  Sebagai gambaran keterlibatan satuan dalam mendukung tugas operasi di wilayah Timika sebagai berikut

Brigif 20/IJK melaksanakan operasi pengamanan daerah rawan dan operasi pengamanan objek vital Nasional. Dengan mengerahkan 3 Satuan Setingkat Kompi Brigif 20/IJK didalam melaksanakan tugasnya perlu penambahan kendaraan taktis serta perbaikan pos pengamanan yang digelar di wilayah tersebut.
Untuk satuan Lanud Timika dengan sarana prasarana (sarpras) yang dimilikinya mengemban tugas menyiapkan dan melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara Timika. Beberapa keterlibatan Lanud Timika dalam operasi udara, diantaranya melaksanakan dukungan pergeseran pasukan/logistik, dukungan VIP/VVIP dan melaksanakan Patroli berdiri sendiri maupun gabungan. Namun demikian fasilitas landasan pesawat masih meminjam dari instasi lain.      

Sedangkan Satuan Lanal Timika bertugas menyelenggarakan dukungan tempur dan administrasi logistik bagi satuan TNI serta melaksanakan pembinaan potensi Maritim. Disamping itu Lanal Timika memberikan dukungan penggunaan dermaga bagi satuan non TNI AL. Secara fungsi Lanal Timika melaksanakan dukungan satuan operasi meliputi dukungan fasilitas labuh, dukungan fasilitas perbaikan, dukungan fasilitas perbekalan faslitas perawatan personel dan dukungan fasilitas pangkalan. 
Untuk satuan dibidang pengawasan wilayah udara Timika dilaksanakan oleh Satuan Radar 243 Timika. Dengan sarpras dan alutsista radar 3 dimensi buatan Thales Perancis tahun 2011 yang memiliki jarak jangkauan 444 km dengan ketinggian 100.000, Satrad 243 melaksanakan pengoperasian alutsista radar dalam rangka deteksi dini dan pengendalian intercept pesawat tempur sergap pada operasi pertahanan udara.

Satuan tempur Darat Denkav-3/SCTimika dalam mendukung operasi di wilayah Timika menggunakan   panser V 150 buatan Amerika dan panser Anoa buatan Pindad.  Kondisi panser yang ada untuk tugas operasi khususnya panser Anoa buatan Pindad memiliki kemampuan yang handal saat digunakan patrol di daearah dataran tendah maupun di pegunungan yang tersebat di wilayah Timika. Hal tersebut sangat memberikan deterence efect bagi kelompok sipil bersenjata yang masih berada di wilayah tersebut. 

Keterlibatan satuan-satuan TNI tersebut dijelaskan dalam laporan yang diberikan oleh masing-masing Komandan Satuan (Dansat) saat tatap muka dengan Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin dalam kunjungan kerja ke Timika, Rabu (15/10) di Lanud Timika, Papua.

Menanggapi laporan yang diberikan masing-masing Dansat, Wamenhan selanjutnya memberikan pengarahan agar setiap satuan TNI yang ada di kawasan Timika harus terus dikembangkan secara mandiri dalam rangka melaksanakan tugas operasi pengamanan objek vital nasional yang bersifat strategis. Salah satunya melakukan pemeliharaan terhadap infrastruktur ataupun sarana yang ada.

Wamenhan mengatakan pengembangan satuan secara mandiri pada dasarnya juga menjadi perhatian pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan. Karena dilihat dari tugasnya Kementerian Pertahanan berfungsi untuk memberikan dukungan administrasi fasilitas pertahanan. Wamenhan juga meminta kepada para Asisten Kepala Staf untuk mengambil langkah guna peningkatan kemampuan satuan dalam menjalankan tugas TNI di daerah.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXIfiAYqHU5bPQKJuiKUQx5W0kQ-XAyta9k5Xpqitvpzx7c3RrKn2eyoNrBGihclakM-Rc05HZrHoJ-BegnV1lbrtiGwTgxOZSm6jmlwnHhD-OL01CTMckI_Knk2WUo8g8F0Ncr4QlVAo/s1600/Heli+Apache+++Mi+35+(U.S.%2BArmy%2Bphoto%2Bcourtesy%2Bof%2B25th%2BCombat%2BAviation%2BBrigade).JPG


The US Army is counting on the Boeing AH-64 Apache attack helicopter to remain in service for the foreseeable future, which will require incremental upgrades beyond the most up-to-date E model aircraft that have already seen thousands of hours of combat.

All of the army’s AH-64Es should be out of Afghanistan by the end of the current fiscal year, after which time they will be reset for future missions, Col Jeff Hager, the service’s Apache project manager, told reporters on 13 October at the Association of the US Army’s annual exposition in Washington DC.

Boeing is supporting the army’s plan to upgrade all its Apaches to the E model, which along with previous iterations of the aircraft is set to take over the armed aerial scout mission as part of the service’s aviation restructuring initiative. Even as the fleet’s role in Afghanistan is lessened, Apaches recently started combat operations against Islamic State militants over Syria and Iraq.

The army earlier this year signed contracts for the third and fourth lots of E-model Apaches, which brings the programme to full-rate production. At least 30 of the total 82 aircraft in these lots have been built, Hager says. The lots will take the programme through FY2017 at least, when both Boeing and the army are aiming to sign a five-year procurement contract for 48 aircraft per year.

The army’s programme of record remains 390 aircraft, Hager adds.

The combined D- and E-model fleet has flown more than 4 million total flight hours. Of this, 23,000h was with AH-64Es, which have flown almost 9,600 combat hours. E-model Apaches boast engine and transmission upgrades and composite main rotor blades that reduce weight while improving lift and power. The AH-64E also features a Link 16 communications suite that displays intelligence, surveillance and reconnaissance data captured by other aircraft directly into the Apache’s cockpit.

From April through to September, E-model Apaches were flying in combat with an 88% operational readiness rate, says Tim Sassenrath, Boeing's vice-president for rotorcraft support.

This is “a phenomenal feat for a new airframe in combat, flying the type of hours that Col Hager mentioned”, Sassenrath says.

Lot six aircraft will include new technology, such as the addition of a fire-control radar that broadens bandwidth to allow for detection of small ships in littoral environments, in support of increased maritime operations, Hager adds.

Expanded manned-unmanned teaming is also in the Apache’s future, Hager says. The AH-64E has Level 4 teaming with the AAI RQ-7 Shadow, giving Apache pilots complete control of the unmanned air system (UAS) from take-off to landing, and seamless access to its sensor data. The D-model has Level 2 teaming capability, where data is ported into the Apache cockpit but the pilots are unable to command the UAS.

“We have controlled all of the sensors on a Shadow B2,” Hager says.The army has already teamed up Apaches with the larger General Atomics Aeronautical Systems MQ-1C Gray Eagle.

Boeing is also producing AH-64Es for a number of Foreign Military Sales customers. Taiwan has taken delivery of all 30 aircraft it ordered. Saudi Arabia will eventually boast a fleet of 36 Apaches assigned to the Royal Saudi Land Forces and another 12 for its national guard, that will begin delivery in 2015. South Korea will take delivery of the first of its 36 aircraft next year.

India, Indonesia and Qatar all are interested in purchasing new Apaches as well, Hager says.

“Every country that has ever operated the Apache is coming back and asking for the latest improvements, what’s going on with the [E-model], because they are seeing the benefits it’s bringing to the US, and they want to be able to interoperate with that," he adds.
Dokumen-dokumen intelijen Amerika Serikat (AS) yang dilansir Reuters, Kamis 16 Oktober, menyebutkan penemuan 4.990 amunisi kimia di Irak, yang kini diduga telah jatuh ke tangan militan ISIS.

ISIS Diduga Kuasai Ribuan Amunisi Kimia Irak
Kamp pelatihan militan ISIS

Sementara laman The New York Times menyebut sejak invasi militer AS ke Irak pada 2003, berbagai insiden terus dilaporkan tentang tentara AS terluka akibat senjata kimia yang tersisa dari Perang Irak-Iran.

Salah satu laporan menyebut Sersan Duling, pada Agustus 2008, memimpin unit pasukannya ke sebuah gudang senjata kimia di luar kota Baghdad. Duling menyebut tentang penemuan gas mustard, namun AS diduga sengaja menyembunyikan laporan.

Alasan disembunyikannya penemuan senjata kimia, diduga karena AS bertanggungjawab atas kepemilikan senjata kimia oleh Irak. Pada lima atau enam insiden tentara terluka, senjata kimia itu didesain di AS dan diproduksi di Irak oleh perusahaan-perusahaan Barat.


Banyak selongsong yang digunakan dari jenis M110S, yang dikembangkan militer AS beberapa dekade lalu untuk penggunaan gas mustard. Disebut The New York Times, AS mengekspor selongsong dan teknologinya.

"Saat Irak berbelanja senjata pada 1980an, mereka mendapatkan perusahaan Italia dan Spanyol yang bersedia memperbanyaknya. Pada dokumen rahasia PBB disebutkan bahwa kedua negara itu telah menjual 85.000 selongsong M110S ke Irak, pada 1988.

Dokumen-dokumen internal pemerintah Irak menyebut bahwa selama Perang Irak-Iran (1980-1988), Baghdad secara aktif mengembangkan senjata kimia dengan bantuan negara-negara Barat seperti AS, Jerman Barat, Belanda, Inggris dan Prancis.

Selama perang tercatat lebih dari 50.000 warga sipil dan tentara Iran terbunuh karena senjata kimia Irak. Pusat penyimpanan senjata kimia Irak terbesar adalah di Muthanna, yang sejak Juni lalu telah dikuasai oleh ISIS.

Tindakan AS menyembunyikan laporan tentang senjata kimia dikhawatirkan bakal berdampak saat ini. Akhir pekan lalu, mantan Wakil Presiden AS Dick Cheney, memperkirakan bahwa serangan teror ke AS di masa depan bisa jauh lebih mematikan dari sebelumnya. "Kita dalam masa yang sangat berbahaya," kata Cheney.